Wednesday, June 4, 2014

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh…
“Akhirat - kehidupan yang Sebenarnya”
Allah berfirman: Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui” (QS Al Ankabut 64)
Allah berfirman: Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?” (QS Al-An’aam ayat 32)
Allah berfirman: Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi.” (QS Al-Qashshash 77)
Dari Anas r.a. berkata: Nabi Shallallahu'alaihi wa sallam bersabda, "Ya Allah,sesungguhnya tidak ada kehidupan yang sebenarnya kecuali kehidupan akhirat." (HR, Bukhari - Muslim)
QS Al AN'AAM ( BINATANG TERNAK ( 6 : 53-59 ) ...
53. Dan demikianlah telah Kami uji sebahagian mereka (orang-orang kaya) dengan sebahagian mereka (orang-orang miskin), supaya (orang-orang yang kaya itu) berkata : "Orang-orang semacam inikah di antara kita yang diberi anugerah Allah kepada mereka?" (Allah berfirman) : "Tidakkah Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang bersyukur (kepadaNya) ?"
SEBAB TURUNNYA AYAT : 
Imam Ahmad, Imam Thabrani dan Ibnu Abu Hatim meriwayatkan melalui Ibnu Masud r.a. yang telah mengatakan, bahwa ada segolongan orang-orang Quraisy bertemu dengan Rasulullah saw. yang ketika itu sedang bersama Khabbab bin Art, Shuhaib, Bilal dan Ammar. Kemudian mereka berkata, "Hai Muhammad! Apakah engkau suka terhadap mereka dan apakah mereka orang-orang yang mendapat anugerah dari Allah di antara kami? Andaikata engkau mengusir mereka niscaya kami mau mengikutimu." Lalu Allah swt. menurunkan wahyu-Nya berkenaan dengan mereka, yaitu firman-Nya, "Dan berilah peringatan dengan apa yang diwahyukan itu kepada orang-orang yang takut akan dihimpunkan Tuhan..." sampai dengan firman-Nya, "...supaya jelas pula jalan orang-orang yang berdosa." (Q.S. Al-An'am 51-55).
Ibnu Hibban dan Hakim meriwayatkan melalui Saad bin Abu Waqqash yang mengatakan, bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan enam orang, yaitu saya sendiri, Abdullah bin Masud dan empat orang lainnya. Mereka (kaum musyrikin) berkata kepada Rasulullah saw., "Usirlah mereka (yakni para pengikut Nabi) sebab kami merasa malu menjadi pengikutmu seperti mereka." Akhirnya hampir saja Nabi saw. terpengaruh oleh permintaan mereka, akan tetapi sebelum terjadi, Allah swt. menurunkan firman-Nya, "Dan janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya...," sampai dengan firman-Nya, "...Tidakkah Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang bersyukur (kepada-Nya)." (Q.S. Al-An'am 52-53).
Dan Ibnu Jarir mengetengahkan melalui Ikrimah yang telah mengatakan, bahwa telah datang Atabah bin Rabi'ah, Syaibah bin Rabi'ah, Muth'im bin Addi dan Harts bin Naufal beserta para pemuka kabilah Abdul Manaf dari kalangan kaum kafir kepada Abu Thalib. Kemudian mereka berkata kepadanya, "Seandainya anak saudaramu mengusir hamba-hamba sahaya tersebut, niscaya ia sangat kami agungkan dan akan ditaati di kalangan kami serta ia lebih dekat kepada kami, dan niscaya kami akan mengikutinya." Lalu Abu Thalib menyampaikan permintaan mereka kepada Nabi saw. Umar bin Khaththab mengusulkan, "Bagaimana jika engkau melakukan apa yang mereka pinta itu, kemudian mari kita lihat apa yang akan mereka kehendaki." Akan tetapi kemudian Allah swt. menurunkan firman-Nya, "Dan berilah peringatan dengan apa yang diwahyukan itu kepada orang-orang yang takut akan dihimpunkan...," sampai dengan firman-Nya, "...tidakkah Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang bersyukur (kepada-Nya)." (Q.S. Al-An'am 51-53).
Mereka yang dimaksud adalah Bilal, Ammar bin Yasir, Salim bekas budak Ibnu Huzaifah, Saleh bekas budak Usaid, Ibnu Masud, Miqdad bin Abdullah, Waqid bin Abdullah Al-Hanzhali dan orang-orang yang miskin seperti mereka. Akhirnya Umar menghadap Nabi saw. seraya memohon maaf atas perkataannya itu. Setelah itu turunlah firman-Nya, "Apabila datang kepadamu orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami..." (Q.S. Al-An'am ayat 54).
Ibnu Jarir, Ibnu Abu Hatim dan selain mereka berdua mengetengahkan melalui Khabbab yang telah berkata, bahwa Aqra' bin Habis dan Uyainah bin Hishn telah datang menghadap, lalu mereka menemukan Rasulullah saw. bersama Shuhaib, Bilal, Ammar dan Khabbab dalam keadaan duduk-duduk ditemani oleh segolongan kaum mukminin yang lemah-lemah. Tatkala mereka melihat orang-orang tersebut berada di sekitar Nabi saw., mereka menghina orang-orang lemah sahabat Nabi itu. Kemudian mereka menemui Nabi saw. secara tertutup lalu mereka berkata, "Kami menghendaki engkau membuat suatu majelis tersendiri untuk kami, tentu engkau telah mengetahui kedudukan kami di kalangan orang-orang Arab. Sebab para utusan Arab sering datang kepadamu ; kami merasa malu apabila datang utusan orang-orang Arab, mereka melihat kami bersama dengan budak-budak itu. Untuk itu kami minta apabila kami datang kepadamu, harap engkau mengusir mereka dari sisimu, dan apabila kami telah selesai bertemu denganmu, maka kami persilakan engkau duduk kembali bersama mereka jika hal itu engkau kehendaki." Nabi saw. menjawab, "Ya." Kemudian setelah itu turunlah ayat ini, yaitu firman-Nya, "Janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya..." (Q.S. Al-An'am 52).
Kemudian Allah swt. menyebutkan tentang Aqra' dan temannya itu melalui firman-Nya, "Dan demikianlah telah Kami uji sebahagian mereka (orang-orang yang kaya) dengan sebagian mereka (orang-orang yang miskin)..." (Q.S. Al-An'am 53). Dan tersebutlah bahwa Rasulullah saw. sering duduk-duduk bersama kami, apabila ia bermaksud pergi, maka ia berdiri dan meninggalkan kami masih dalam keadaan duduk. Setelah itu turunlah firman Allah, "Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya..." (Q.S. Al-Kahfi 28). Ibnu Katsir berkata, "Hadis ini adalah hadis garib, sebab sesungguhnya ayat ini adalah Makiah, sedangkan Aqra' dan Uyainah sesungguhnya mereka berdua baru masuk Islam sesudah lewat satu tahun masa hijrah"...
54. Apabila orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami itu datang kepadamu, maka katakanlah : "Salaamun alaikum [476]. Tuhanmu telah menetapkan atas diri-Nya kasih sayang [477], (yaitu) bahwasanya barang siapa yang berbuat kejahatan di antara kamu lantaran kejahilan [478], kemudian ia bertaubat setelah mengerjakannya dan mengadakan perbaikan, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
[476] Salaamun 'alikum artinya mudah-mudahan Allah melimpahkan kesejahteraan atas kamu.
[477] lihat not [462].
[478] lihat not [277].
SEBAB TURUNNYA AYAT: 
Imam Ahmad, Imam Thabrani dan Ibnu Abu Hatim meriwayatkan melalui Ibnu Masud r.a. yang telah mengatakan, bahwa ada segolongan orang-orang Quraisy bertemu dengan Rasulullah saw. yang ketika itu sedang bersama Khabbab bin Art, Shuhaib, Bilal dan Ammar. Kemudian mereka berkata, "Hai Muhammad! Apakah engkau suka terhadap mereka dan apakah mereka orang-orang yang mendapat anugerah dari Allah di antara kami? Andaikata engkau mengusir mereka niscaya kami mau mengikutimu." Lalu Allah swt. menurunkan wahyu-Nya berkenaan dengan mereka, yaitu firman-Nya, "Dan berilah peringatan dengan apa yang diwahyukan itu kepada orang-orang yang takut akan dihimpunkan Tuhan..." sampai dengan firman-Nya, "...supaya jelas pula jalan orang-orang yang berdosa." (Q.S. Al-An'am 51-55).
Dan Ibnu Jarir mengetengahkan melalui Ikrimah yang telah mengatakan, bahwa telah datang Atabah bin Rabi'ah, Syaibah bin Rabi'ah, Muth'im bin Addi dan Harts bin Naufal beserta para pemuka kabilah Abdul Manaf dari kalangan kaum kafir kepada Abu Thalib. Kemudian mereka berkata kepadanya, "Seandainya anak saudaramu mengusir hamba-hamba sahaya tersebut, niscaya ia sangat kami agungkan dan akan ditaati di kalangan kami serta ia lebih dekat kepada kami, dan niscaya kami akan mengikutinya." Lalu Abu Thalib menyampaikan permintaan mereka kepada Nabi saw. Umar bin Khaththab mengusulkan, "Bagaimana jika engkau melakukan apa yang mereka pinta itu, kemudian mari kita lihat apa yang akan mereka kehendaki." Akan tetapi kemudian Allah swt. menurunkan firman-Nya, "Dan berilah peringatan dengan apa yang diwahyukan itu kepada orang-orang yang takut akan dihimpunkan...," sampai dengan firman-Nya, "...tidakkah Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang bersyukur (kepada-Nya)." (Q.S. Al-An'am 51-53).
Mereka yang dimaksud adalah Bilal, Ammar bin Yasir, Salim bekas budak Ibnu Huzaifah, Saleh bekas budak Usaid, Ibnu Masud, Miqdad bin Abdullah, Waqid bin Abdullah Al-Hanzhali dan orang-orang yang miskin seperti mereka. Akhirnya Umar menghadap Nabi saw. seraya memohon maaf atas perkataannya itu. Setelah itu turunlah firman-Nya, "Apabila datang kepadamu orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami..." (Q.S. Al-An'am ayat 54). Faryabi dan Ibnu Abu Hatim mengetengahkan melalui Mahan yang telah mengatakan, bahwa pada suatu hari ada orang-orang datang menemui Nabi saw. Kemudian mereka berkata, "Sesungguhnya kami telah melakukan dosa-dosa yang besar", akan tetapi Nabi saw. sama sekali tidak menjawab pertanyaan mereka. Kemudian Allah menurunkan firman-Nya, "Apabila orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami itu datang kepadamu". (Q.S. Al-An'am 54)...
55. Dan demikianlah Kami terangkan ayat-ayat Al-Quraan (supaya jelas jalan orang-orang yang saleh, dan supaya jelas (pula) jalan orang-orang yang berdosa.
SEBAB TURUNNYA AYAT :                                                                                                        
Imam Ahmad, Imam Thabrani dan Ibnu Abu Hatim meriwayatkan melalui Ibnu Masud r.a. yang telah mengatakan, bahwa ada segolongan orang-orang Quraisy bertemu dengan Rasulullah saw. yang ketika itu sedang bersama Khabbab bin Art, Shuhaib, Bilal dan Ammar. Kemudian mereka berkata, "Hai Muhammad! Apakah engkau suka terhadap mereka dan apakah mereka orang-orang yang mendapat anugerah dari Allah di antara kami? Andaikata engkau mengusir mereka niscaya kami mau mengikutimu." Lalu Allah swt. menurunkan wahyu-Nya berkenaan dengan mereka, yaitu firman-Nya, "Dan berilah peringatan dengan apa yang diwahyukan itu kepada orang-orang yang takut akan dihimpunkan Tuhan..." sampai dengan firman-Nya, "...supaya jelas pula jalan orang-orang yang berdosa". (Q.S. Al-An'am 51-55)...
56. Katakanlah : "Sesungguhnya aku dilarang menyembah tuhan-tuhan yang kamu sembah selain Allah". Katakanlah : "Aku tidak akan mengikuti hawa nafsumu, sungguh tersesatlah aku jika berbuat demikian dan tidaklah (pula) aku termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk"...
57. Katakanlah : "Sesungguhnya aku berada di atas hujjah yang nyata (Al-Qur'an) dari Tuhanku [479], sedang kamu mendustakannya. Tidak ada padaku apa (azab) yang kamu minta supaya disegerakan kedatangannya. Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah. Dia menerangkan yang sebenarnya dan Dia Pemberi keputusan yang paling baik".
[479] Maksudnya : Nabi Muhammad SAW mempunyai bukti yang nyata atas kebenarannya...
58. Katakanlah : "Kalau sekiranya ada padaku apa (azab) yang kamu minta supaya disegerakan, tentu telah diselesaikan Allah urusan yang ada antara aku dan kamu [480]. Dan Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang zalim.
[480] Maksudnya : tentu Allah telah menurunkan azab kepadamu sampai kamu binasa...
59. Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)"...
SYUKRAAN..
AAMIIN...AAMIIN...AAMIIN...
InsyaALLAH
JazakALLAH
Hadis riwayat Ali, ia berkata:  Kami sedang mengiringi sebuah jenazah di Baqi Gharqad (sebuah tempat pemakaman di Madinah), lalu datanglah Rasulullah menghampiri kami. Beliau segera duduk dan kami pun ikut duduk di sekeliling beliau yang ketika itu memegang sebatang tongkat kecil. Beliau menundukkan kepalanya dan mulailah membuat goresan-goresan kecil di tanah dengan tongkatnya itu kemudian beliau bersabda: Tidak ada seorang pun dari kamu sekalian atau tidak ada satu jiwa pun yang hidup kecuali telah Allah tentukan kedudukannya di dalam surga ataukah di dalam neraka serta apakah ia sebagai seorang yang sengsara ataukah sebagai seorang yang bahagia. 
Lalu seorang lelaki tiba-tiba bertanya: Wahai Rasulullah! Kalau begitu apakah tidak sebaiknya kita berserah diri kepada takdir kita dan meninggalkan amal-usaha? Rasulullah bersabda: Barang siapa yang telah ditentukan sebagai orang yang berbahagia, maka dia akan mengarah kepada perbuatan orang-orang yang berbahagia. Dan barang siapa yang telah ditentukan sebagai orang yang sengsara, maka dia akan mengarah kepada perbuatan orang-orang yang sengsara.
Kemudian beliau melanjutkan sabdanya: Beramallah! Karena setiap orang akan dipermudah! Adapun orang-orang yang ditentukan sebagai orang berbahagia, maka mereka akan dimudahkan untuk melakukan amalan orang-orang bahagia. Adapun orang-orang yang ditentukan sebagai orang sengsara, maka mereka juga akan dimudahkan untuk melakukan amalan orang-orang sengsara. 
Kemudian beliau membacakan ayat berikut ini: Adapun orang yang memberikan hartanya di jalan Allah dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah.
Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan pahala yang terbaik, maka kelak Kami akan menyiapkan baginya jalan yang sukar. (Shahih Muslim No.4786)

Hadis riwayat Imran bin Hushain, ia berkata: Rasulullah ditanya: Wahai Rasulullah! Apakah sudah diketahui orang yang akan menjadi penghuni surga dan orang yang akan menjadi penghuni neraka? Rasulullah menjawab: Ya. Kemudian beliau ditanya lagi: Jadi untuk apa orang-orang harus beramal? Rasulullah menjawab: Setiap orang akan dimudahkan untuk melakukan apa yang telah menjadi takdirnya.  (Shahih Muslim No.4789)

No comments:

Post a Comment

silahkan berkomentar sebagai saran dan kritik, terimakasih