Nama : Zaim
amaly
Studi :
Retorika
Pembimbing :
Ust. Drs. H. Mujiono, M.Pd.I
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ
الرَّحِيمِ
اسلام عليكم و رحمة الله و بركاته
إِنَّ الْحَمْدَ لِلّهُ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ
وَنَعُوْذُ بِاللهُ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَ مِنْ سَيّأَتِ أَعْمَالِنَا
مَنْ يّهْدِاللهُ فَلَامُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَاهَادِيَ
لَهُ. أشهد أن لاإله إلاالله و أشهد أن محمدا عبده ورسوله.صلى الله عليه وعلى أله
وأصحا به وسلم.
قال
الله تعلى
$pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#qãYtB#uä (#qà)®?$# ©!$# ¨,ym ¾ÏmÏ?$s)è? wur ¨ûèòqèÿsC wÎ) NçFRr&ur tbqßJÎ=ó¡B ÇÊÉËÈ
$pkr'¯»t â¨$¨Z9$# (#qà)®?$# ãNä3/u Ï%©!$# /ä3s)n=s{ `ÏiB <§øÿ¯R ;oyÏnºur t,n=yzur $pk÷]ÏB $ygy_÷ry £]t/ur $uKåk÷]ÏB Zw%y`Í #ZÏWx. [ä!$|¡ÎSur 4 (#qà)¨?$#ur ©!$# Ï%©!$# tbqä9uä!$|¡s? ¾ÏmÎ/ tP%tnöF{$#ur 4 ¨bÎ) ©!$# tb%x. öNä3øn=tæ $Y6Ï%u ÇÊÈ
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Marilah
kita bersama-sama selalu mengucapkan rasa syukur kita kepada Allah, yang selalu
memberikan nikmat-Nya kepada kita sekalian. Yakni nikmat kesehatan dan
kesempatan, yang dengan kedua nikmat tersebut kita dapat menjalankan apa yang
diperintahkan Allah. Dan memohon pertolongan, petunjuk, serta berlindung
kepada-Nya dari kejahatan dan keburukan kita. Barang siapa yang diberikan
petunjuk oleh Allah maka tidak ada yang dapat menyesatkannya, dan barang siapa
yang diberikan kesesatan oleh Allah maka tidak ada yang dapat member petunjuk
baginya.
Shalawat
dan salam kita haturkan kepada junjungan serta teladan kita nabi Muhammad Saw
dan kepada keluarga serta para sahabat-sahabat beliau juga juga orang yang
mengikuti mereka dengan baik hingga hari kiamat, dan insyaallah termasuk kita
sekalian.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Selayaknya kita selalu ber-muhasabah,
menghitung-hitung diri dan hati kita masing-masing, sudahkah keduanya kita tata
sedemikian rupa hingga menambah nilai ketakwaan kita kepada-Nya. Hati ini harus
selalu kita jaga, jangan sampai rusak terkena penyakit. Karena penyakit hati
susah untuk diobati, namun demikian insyaallah mudah dihindari. Dan bila terasa
diri ini banyak dosa segeralah minta ampunan kepada-Nya dengan memperbanyak dzikir,
agar kita menjadi suci kembali. Karena Dialah Allah Tuhan yang Maha Suci yang
sangat menyukai kesucian. Maka hendaknya kita senantiasa dalam kondisi suci,
baik suci lahir maupun bathin.[1]
þÎTrãä.ø$$sù öNä.öä.ør& (#rãà6ô©$#ur Í< wur Èbrãàÿõ3s?
“ingatlah kepada-Ku niscaya Aku ingat kepadamu.”(QS. al-Baqarah ayat 152)[2]
Ayat di atas mengingatkan kita bahwa dalam setiap tarikan nafas dan kesadaran manusia sebaiknya selalu menempatkan Allah sebagai pelabuhan terakhir. Yang berarti manusia dapat mengingat Allah di mana saja dan kapan saja selama ia masih berada di atas bumi-Nya. Kita pun sering melihat bermacam-macam ekspresi manusia dalam mengingat Allah; menangis, berdiam diri, dan berkata-kata.
Ayat di atas mengingatkan kita bahwa dalam setiap tarikan nafas dan kesadaran manusia sebaiknya selalu menempatkan Allah sebagai pelabuhan terakhir. Yang berarti manusia dapat mengingat Allah di mana saja dan kapan saja selama ia masih berada di atas bumi-Nya. Kita pun sering melihat bermacam-macam ekspresi manusia dalam mengingat Allah; menangis, berdiam diri, dan berkata-kata.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Dalam konteks ini umat Islam tidak pernah
lepas dari tiga hal; “Doa” (permintaan kepada Allah); “Wirid” (bacaan tertentu
untuk mendapatkan ‘aliran’ dari Allah); dan “Dzikir”, yaitu segala gerak gerik
dan aktivitas yang berobsesi taqarrub kepada
Allah. Termasuk juga Dzikir adalah melafadzkan kata-kata tertentu. Dzikir
sangat penting karena ia merupakan langkah pertama tapakan cinta kepada Allah.
Dzikir merupakan bentuk komitmen dan kontinuitas untuk meninggalkan segala hal
yang berbentuk kelupaan kepada Allah dan memasuki wilayah musyahadah (persaksian), mengalahkan rasa takut bersamaan dengan
rasa kecintaan yang mendalam. Dzikir dapat dimaknai juga dengan ‘berlindung
kepada Allah.’ Atau secara sederhana dapat dikatakan bahwa dzikir itu mengingat
Allah, yang dapat dilakukan dengan diam-diam atau bersuara.[3].
Selain itu dalam kita berdzikir
kepada Allah dinjurkan untuk mengingat Allah dengan sebanyak-banyaknya. Tidak
seperti amal perbutan yang lainya, yang diperintahkan dalam syariat agama tidak
boleh melakukannya dengan sebanyak-bayaknya tanpa ada tuntunan dalam agama.
Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Ahzaab
:41
$pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#râè0ø$# ©!$# #[ø.Ï #ZÏVx.
“Hai
orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang
sebanyak-banyaknya”.[4]
Dzikir itu ada dua macam; pertama, dzikr bi al-lisan, yaitu mengucapkan lafadz-lafadz
(redaksi) yang dapat menggerakkan hati untuk mengingat Allah. Dzikir
dengan pola ini dapat dilakukan pada saat-saat tertentu dan tempat tertentu
pula. Misalnya, berdzikir di masjid pada saat selepas salat. Kedua, dzikr bi al-qalb, yaitu keterjagaan hati
untuk selalu mengingat Allah. Dzikir ini dapat dilakukan di mana saja dan kapan
saja. Jadi tidak ada pembatasan ruang dan waktu. Pelaku sufi lebih
mengistimewakan dzikr bi al-qalb
karena implikasinya yang hakiki. Meskipun demikian, dzakir (seseorang yang berdzikir) dapat mencapai kesempurnaan
apabila ia mampu berdzikir dengan lisan sekaligus dengan hatinya.
Meskipun secara global terdapat dua kutub dzikir, namun dalam realitasnya
terdapat tujuh jenis dzikir, pertama, dzikr
bi al-lisan (pengucapan dan bersuara), dzikr
al-nafs (tanpa suara dan terdiri atas gerak dan rasa di dalam), dzikr al-qalb (perenungan hati), dzikr al-ruh (tembus cahaya dan
sifat-sifat ilahiah), dzikr al-sirr (penyingkapan
rahasia ilahi), dzikr al-khafy
(penglihatan cahaya keindahan), dan zikr
akhfa’ al-khafy (penglihatan realitas kebenaran Yang Mutlak). [5]
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Yang tidak kalah pentingnya, bahwa dzikir
tidak menuntut seseorang untuk memahami konteks. Dzikir hanya memerlukan arahan
seorang guru. Maka dzikir yang efektif adalah dzikir yang diilhami dengan tepat
oleh seorang guru ruhani dan selalu dalam pantauannya. Hal ini secara sederhana
dan praksis dapat kita saksikan dalam ranah tradisi pesantren. Di kalangan
santri, dzikrullah biasanya diawali dengan zikr
bi al-lisan, yaitu mengucapkan redaksi tertentu secara khusyu’
(konsentrasi), istiqamah (kontinuitas) dan thuma’ninah
(stabil). Mula-mula zikr bi al-lisan
dilakukan sebagai bagian dari ritual keagamaan, misalnya mengucapkan lafadz “subhanallah al-adzim”[6]
Sebagaimana sabda Rasulullah Swa:
“Barangsiapa yang mengucapkan : subhanallah
al-adzim wa bihamdihi”.
“Maha suci Allah yang maha agung dengan segala puji
bagi-Nya”, akan ditanamkan baginya sebuah pokok kurma di jannah. Diriwayatkan
oleh Muslim[7].
Pada tahap awal pengucapan dzikir
memang terasa sebatas lisan. Meskipun demikian hal ini bukanlah sesuatu yang
buruk. Hanya saja seseorang perlu meningkatkan kualitas dzikirnya hingga
benar-benar mengantarkannya pada kondisi persaksian atas kesucian dan keagungan
Allah. Kontinuitas dzikir mampu membawa manusia pada satu tahapan dimana
persaksian terhadap Allah memenuhi wilayah qalb
(hati). Pada tahap ini dzikir tidak lagi berada di wilayah kesadaran namun juga
masuk dalam wilayah ketidaksadaran. Sehingga proses dzikir pun berjalan di kala
terjaga, tidur, pingsan, mati suri, bahkan sakaratul maut.[8]
Sebagaimana di singgung di atas
bahwa orientasi dzikir adalah penataan qalb.
Qalb memegang peranan penting dalam
kehidupan manusia karena baik buruk aktivitas manusia sangat bergantung kepada
kondisi qalb. Konsepsi dzikir di atas
menunjukkan bahwa dzikir merupakan pelatihan hati untuk ber musyahadah kepada Allah. Musyahadah berarti pengabaian manusia
atas perilaku yang destruktif dan kemunculan obsesi untuk menjadi pribadi yang
sempurna. Musyahadah inilah makna
hidup yang telah lama menghilang dari kehidupan manusia sehingga manusia
terperangkap ke dalam berbagai krisis; krisis sosial, krisis struktural dan
krisis etika..[9]
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Dzikir dapat membimbing seseorang
untuk beraktivitas dengan hatinya. Dzikir akan mempersembahkan hati manusia
sebagai tempat suci di mana alam semesta menjelma sebagai bukti-bukti kehadiran
Allah, kapan saja dan di mana saja.
Demikianlah yang dapat kami
sampaikan apabila ada kesalahan kami mohon maaf setulus hati. Sebab kebenaran
itu berasal dari Allah, semoga apa yang kami sampaikan bermaaf bagi kita sekalian.
واسلام عليكم و رحمة الله و بركاته
No comments:
Post a Comment
silahkan berkomentar sebagai saran dan kritik, terimakasih