MAKALAH SOSIOLOGI PENDIDIKAN
POLA INTERAKSI GURU DAN SISWA
SEBAGAI CIRI KEBUDAYAAN SEKOLAH
Dosen
Pembimbing
:
Abdul Wahab, M.E.I
Oleh :
Zaim Amaly (20111550032)
JURUSAN
TARBIYAH
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
2014
KATA PENGANTAR
Dengan
memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas segala nikmat dan karunianya
sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini, yang membahas tentang
“Pola Interaksi Guru dan
Siswa Sebagai Ciri Kebudayaan Sekolah”
Tak
lupa pula kami ucapkan terima kasih yang besar kepada Dosen pembimbing yang
tanpa lelah mencurahkan segala tenaga dan waktunya untuk membimbing kami.
semoga apa yang beliau lakukan mendapatkan balasan yang sesuai di sisi Allah
SWT. Amin.
Akhirnya,Kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca dan jika apa yang ada
dalam makalah ini tidak sesuai dan kurang berkenan Kami mohon maaf yang
sebesar-besarnya. Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dalam
menambah wawasan bagi kita semua.
Surabaya, 1 Mei 2014
Penulis
PENDAHULUAN
- Latar belakang
Fenomena yang
terjadi pada dunia pendidikan sekarang adalah perilaku anak didik yang dahulu
menunjukkan sifa yang baik sekang malah
sebaliknya. Hal ini dapat dilihat dari sikap siswa yang menunjukkan perilaku
negatif terhadap guru. Siswa-siswa masa kini, khususnya yang menduduki
sekolah-sekolah menengah di kota-kota pada umumnya hanya cenderung menghormati
guru karena ada udang di balik batu. Sebagian siswa-siswa di kota menghormati
guru mereka karena ingin mendapatkan nilai yang tinggi atau naik kelas dengan
peringkat tinggi tanpa kerja keras[1].
Oleh sebab itu
pada makalah ini akan dibahas mengenai pola interaksi guru dan siswa sebagai
ciri kebudayaan sekolah. Supaya mengerti bagaimana pola inetraksi antara guru
dan siswa.
- Rumusan masalah
1.
Apa pengertian guru dan siswa ?
2.
Bagaimana pola interaksi guru dan siswa ?
- Tujuan
1.
Untuk mengetahui pengertian guru dan siswa
2.
Untuk mengetahui pola interaksi guru dan siswa
PEMBAHASAN
A. Pengertian Guru dan Siswa
1.
Guru
Ada banyak pengertian tentang guru. Secara sederhana,
pengertian guru adalah orang yang memberikan pengetahuan kepada anak didik.[2]
Kata guru berasal dari bahasa indonesia yang memiliki arti orang yang
pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar.[3]
Sedangkan dalam bahasa inggris, ada beberapa kata yang memiliki arti yang
berdekatan dengan guru. Kata Teacher artinya guru, pengajar[4]
kata Educator artinya pendidik, ahli mendidik[5]
dan kata Tutor yang berarti guru pribadi, atau guru yang mengajar
dirumah, mengajar ekstra, memberi les/pelajaran[6].
Menurut pakar pendidikan islam, Ahnad Tafsir istilah guru
atau pendidik memiliki definisi yang sama dengan teori barat, pendidik ialah
siapa saja yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik dalam
seluruh potensi, baik potentsi Afektif, Kognitif, dan potensi Psikomotorik.[7]
2.
Siswa (murid)
Menurut Engr Sayyid Khaim Husyain Naqawi yang dikutip
oleh Abuddin Nata, menyebutkan bahwa kata murid berasal dari bahasa arab, yaitu
muriidun artinya orang yang menginginkan (the willer).[8]
Menurut Abuddin Nata kata murid diartikan sebagai seorang yang menginginkan dan
menghendaki ilmu pengetahuan, pengalaman, kertrampilan dan kepribadian yang
baik sebagai bekal untuk kebahagian hidup di dunia dan di akhirat.
Menurut
Ravik Karsidi murid atau anak didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari
seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan.[9]
B. Pola interaksi
Guru dan Siswa
1. Arti Interaksi Edukatif
Manusia sebagai
makhluk sosial selalu membutuhkan kehadiran manusia lain. Keberadaan manusia selain
diri kita menyebabkan proses hubungan timbal balik terjadi secara alamiah. Proses
jalinan hubungan antar individu maupun kelompok terjadi dalam rangkaian upaya memenuhi
kebutuhan. Motif saling membutuhkan yang berbeda-beda jenis.
Ilustrasi tentang interaksi diatas adalah interaksi
manusia yang lazim terjadi dalam masyarakat. Hal itu berbeda dengan interaksi
edukatif, interaksi tersebut dilakukan secara alamiah tanpa dilandasi pedoman tujuan
yang mengikat. Mereka melakukan interaksi dengan tujuan masing-masing. Oleh karena
itu, interaksi antara manusia selalu mempunyai motif-motif tertentu guna memenuhi
tuntutan hidup dan kehidupan mereka masing-masing.
Interaksi yang berlangsung di sekitar kehidupan manusia dapat
diubah menjadi “interaksi yang bernilai edukatif”, yakni interaksi yang dengan sadar meletakkan tujuan untuk mengubah
tingkah laku dan perbuatan seseorang. Interaksi yang bernilai pendidikan ini dalam
dunia pendidikan disebut sebagai “interaksi edukatif”. Interaksi edukatif harus
menggambarkan hubungan aktif dua arah dengan sejumlah pengetahuan sebagai mediumnya,
sehingga interaksi itu merupakan hubungan yang bermakna dan kreatif. Semua
unsur interaksi edukatif harus berproses dalam ikatan tujuan pendidikan. Oleh
karena itu, interaksi edukatif adalah suatu gambaran hubungan aktif dua arah antara
guru dan anak didik yang berlangsung dalam ikatan tujuan pendidikan.[10]
Prosesinteraksi edukatif adalah suatu proses yang mengandung
sejumlah norma. Semua norma itulah yang harus guru transfer kepada anak didik. Oleh
karena itu, wajarlah bila interaksi edukatif tidak berproses dalam kehampaan,
tetapi dalam penuh makna. Interaksi edukatif sebagai jembatan yang menghidupkan
persenyawaan antara pengetahuan dan perbuatan, yang mengantarkan kepada tingkah
laku sesuai dengan pengetahuan yang diterima anak didik. Dengan demikian dapat
dipahami bahwa interaksi edukatif adalah hubungan dua arah antara guru dan anak
didik dengan sejumlah norma sebagai mediumnya untuk mencapai tujuan pendidikan.[11]
2. Berbagai Bentuk Interaksi Edukatif
Belajar
mengajar adalah sebuah interaksi yang bernilai normatif. Belajar mengajar
adalah suatu proses yang dilakukan dengan sadar dan bertujuan. Tujuan adalah sebagai
pedoman ke arah manaakan di bawa proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar
akan berhasil bila hasilnya mampu membawa perubahan dalam pengetahuan, pemahaman,
keterampilan, dan sikap-sikap dalam diri anak didik.
Interaksi
belajar mengajar dikatakan bernilai normatif karena di dalamnya ada sejumlah nilai.
Jadi, adalah wajar bila interaksi itu dinilai bernilai edukatif? Guru yang dengan
sadar berusaha untuk mengubah tingkah laku, sikap, dan perbuatan anak didik menjadi
lebih baik, dewasa, dan bersusila yang cakap adalah sikap dan tingkah laku guru
yang bernilai edukatif.
Ada
tiga bentuk komunikasi antara guru dan anak didik dalam proses interaksi
edukatif, yakni komunikasi sebagai aksi, komunikasi sebagai interaksi, dan komunikasi
sebagai transaksi.
Komunikasi
sebagai aksi atau komunikasi satuarah menempatkan guru sebagai pemberi aksi dan
anak didik sebagai penerima aksi. Guru aktif, dan anak didik pasif. Mengajar dipandang
sebagai kegiatan menyampaikan bahan pelajaran.
Dalam
komunikasi sebagai interaksi atau komunikasi dua arah, guru berperan sebagai
pemberi aksi atau penerima aksi. Demikian pula halnya anak didik, bisa sebagai penerima
aksi, bisa pula sebagai pemberi aksi. Antara guru dan anak didik akan terjadi dialog.
Dalam
komunikasi sebagai transaksi atau komunikasi banyak arah, komunikasi tidak hanya
terjadi antara guru dan anak didik. Anak didik dituntut lebih aktif dari pada
guru, seperti halnya guru, dapat berfungsi sebagai sumber balajar bagi anak didik
lain.
Usman (2000) berpendapat bahwa kegiatan interaksi belajar
mengajar sangat beraneka ragam bentuk coraknya, mulai dari kegiatan yang
didominasi oleh guru sampai kegiatan mandiri yang dilakukan oleh anak didik.
Hal ini tentu saja sangat bergantung pada keterampilan guru dalam mengelola
kegiatan interaksi belajar mengajar. Penggunaan variasi bentuk interaksi mutlak
harus dilakukan oleh guru. Hal ini dimaksudkan agar tidak menimbulkan
kebosanan, kejenuhan, serta untuk menghidupkan suasana kelas demi keberhasilan anak
didik dalam mencapai tujuan.[12]
3. Pola Interaksi
Guru dan Siswa
Pola interaksi guru (G) murid (A) menurut Usman (2000), dapat
diklasifikasikan setidaknya atas 5 (lima) jenis, yaitu sebagai berikut.
a.
Pola guru-anak
didik
G
A A A
Komunikasi sebagai aksi (satu arah)
b. Pola
Guru-Anak didik-Guru
G
A A A
Ada balikan (feed back) bagi guru, tidak ada interaksi antar siswa
(komunikasi sebagai interaksi).
c. Pola
Guru-Anak didik-Anak didik
G
A A A
Interaksi optimal antara guru dan anak didik dan antara
anak didik (komu-nikasisebagaitransaksi, multiarah).
d. Pola Guru-Anak didik, Anak didik-Guru,
Anak didik-Anak didik
G
A A
A A
Interaksi optimal
antara guru dan anak didik dan antara anak didik dengan anak didik (komunikasi
sebagai transaksi, multiarah).
e. Pola melingkar
G
A A
A A
A
Setiap anak didik
mendapat giliran untuk mengemukakan sambutan atau jawaban, tidak diperkenankan
berbicara dua kali apabila setiap anak didik belum mendapat giliran.[13]
Situasi pengajaran atau proses interaksi belajar mengajar
terjadi dalam berbagai pola komunikasi di atas, akan tetapi komunikasi sebagai transaksi
yang dianggap sesuai untuk mengaktifkan potensi siswa/murid bisa jadi sangat tergantung
situasi dan kebutuhan yang dikembangkan oleh guru, atau bisa jadi merupakan gabungan
dari banyak pola interaksi diatas.[14]
PENUTUP
Kesimpulan
1. Guru atau pendidik ialah siapa saja yang
bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik dalam seluruh potensi, baik
potentsi Afektif, Kognitif, dan potensi Psikomotorik. Dan
siswa atau anak didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang
atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan.
2. Pola interaksi guru dan siswa: a). Pola
guru-anak didik, b). Pola Guru-Anak didik-Guru, c). Pola Guru-Anak didik-Anak
didik, d). Pola Guru-Anak didik, Anak didik-Guru, Anak didik-Anak didik, e). Pola
melingkar.
DAFTAR PUSTAKA
Syah,
Muhibin, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013
Karsidi,
Ravik , Sosiologi Pendidikan, Surakarta: LPPM,
UNS, 2005
Pusat Bahasa
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat
Bahasa, 2008
M. Echols,
John dan Hasan Shadily, Kamus
Inggris Indonesia, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1996
Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam,
Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011
Nata, Abuddin, Filsafat Pendidikan Islam,
Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997
No comments:
Post a Comment
silahkan berkomentar sebagai saran dan kritik, terimakasih