PROBLEMATIKA
DA’WAH ISLAMIYAH DARI MASA KE MASA
Oleh :
Sudarno Hadi Al Hilali
Pengertian
Da’wah Islamiyah
Yang
dimaksud Da’wah Islamiyah adalah usaha
merubah keadaan masyarakat dari kondisi juhalah (bodoh) menuju kondisi
masyarakat yang Islamy (baik dari sisi ‘Aqidah, Syari’ah maupun Mu’amalahnya)
dengan manhaj yang telah ditentukan. Dewasa ini kegiatan Da’wah Islamiyah
tampak di permukaan lebih semarak, namun bila ditinjau dari sisi capaian tujuan
da’wah masih terlalu amat jauh dari sasaran. Hal demikian terjadi oleh karena
beberapa faktor yang mempengaruhinya, diantaranya adalah : tidak terumuskannya
tujuan dan kurikulum da’wah, terjadinya
dis-orientasi para da’i sehingga da’wah lebih banyak mengikuti pesanan pasar.
Imam Muslim dalam Shahihnya meriwayatkan dari Hudzaifah bin Al-Yaman رضي الله عنه
beliau
berkata :
كَانَ النَّاسُ يَسْأَلُوْنَ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
عَنِ الْخَيْرِ، وَكُنْتُ أَسْأَلُهُ عَنِ الشَّرِّ مَخَافَةَ أَنْ
يُدْرِكَنِي.فَقُلْتُ: يَارَسُوْلَ اللهِ! إِنَّا كُنَّا فِي جَهِلِيَّةٍ وَشَرَّ،
فَجَاءَنَا اللهُ بِـهَـذَا الْخَيْرِ، فَهَلْ بَعْدَ هَـذَا الْخَيْرِ شَرِّ؟
“Dahulu
manusia bertanya kepada Rasulullah tentang hal-hal yang
baik tapi aku bertanya kepada beliau tentang hal-hal yang buruk agar jangan
sampai menimpaku”Aku bertanya : “Wahai Rasulullah, dahulu kami berada dalam
keadaan jahiliyah dan kejelekan lalu Allah mendatangkan kebaikan (Islam,) ini,
apakah setelah kebaikan ini akan datang kejelekan ?”
قَالَ: نَعَمْ. فَقُلْتُ : هَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الشَّرِّ مِنْ خَيْرِ؟
Beliau
berkata : “Ya” , Aku bertanya : “Dan apakah setelah kejelekan ini akan datang
kebaikan?”
قَالَ: نَعَمْ وَفِيْهِ دَخَنٌ. قُلْتُ : وَمَا دَخَانُهُ؟
Beliau
menjawab : “Ya, tetapi didalamnya ada asap”.Aku bertanya :“Apa asapnya itu ?”
قَالَ: قَوْمٌ يَسْتَنُّوْنَ بِغَيْرِ سُنَّتِي وَيَهْدُوْنَ بِغَيْرِ
هَـدْيِى، تَعْرِفُ مِنْهُمْ وَتُنْكِرُ.
Beliau menjawab : “Suatu kaum yang
membuat ajaran bukan dari ajaranku, dan menunjukkan (manusia) kepada selain
petunjukku. Engkau akan mengenal mereka dan engkau akan memungkirinya”
فَقُلْتُ:هَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الْخَيْرِ مِنْ شَرِّ؟ قَالَ: نَعَمْ، دُعَاةٌ
عَلَى أَبْوَابِ جَهَنَّمَ، مَنْ أَجَبَهُمْ إِلَيْهَا قَذَفُوْهُ فِيْهَا.
Aku bertanya
: “Apakah setelah kebaikan ini akan datang kejelekan lagi ?” Beliau menjawab
:”Ya, (akan muncul) para dai-dai yang menyeru ke neraka jahannam. Barangsiapa
yang menerima seruan mereka, maka merekapun akan menjerumuskan ke dalam neraka”
فَقُلْتُ : يَارَسُوْلَ اللهِ! صِفْهُمْ لَنَا! قَالَ : نَعَمْ. قَوْمٌ مِنْ جِلْدَتِنَا
وَيَتَكَلَّمُوْنَ بِأَلْسِنَتِنَا.
Aku bertanya
: “Ya Rasulullah, sebutkan cirri-ciri mereka kepada kami ?” Beliau menjawab :
“Mereka satu qaum dari kulit-kulit/golongan kita, dan berbicara dengan bahasa
kita”
قُلْتُ : يَارَسُوْلَ اللهِ! فَمَا تَرَى إِنْ أَدْرَكَنِي ذَلِكَ؟
Aku bertanya
: “Yaa Rasullah! apa yang engkau perintahkan kepadaku jika aku temui keadaan
seperti ini?”
قَالَ : تَلْزَمُ جَمَاعَةَ الْمُسْلِمِيْنَ وَ إِمَامَهُمْ! فَقُلْتُ: فَإِنْ
لَمْ تَكُنْ جَمَاعَةٌ وَلاَ إِمَامٌ؟
Beliau menjawab : “Pegang erat-erat
(tetap bersamalah kamu dengan) jama’ah kaum muslimin dan imam mereka” Aku
bertanya : “Bagaimana jika tidak ada imam dan jama’ah kaum muslimin?”
قَالَ : فَاعْتَزِلْ تِلْكَ الْفِرَقَ كُلَّهَا وَلَوْ
أَنْ تَعَضَّ عَلَى شَجَرَةٍ حَتَّى يُدْرِكَكَ الْمَوْتُ وَأَنْتَ عَلَى ذَلِكَ!
(مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ)
Beliau
menjawab :”Tinggalkan semua kelompok-kelompok sempalan itu, walaupun kau
menggigit akar pohon hingga ajal mendatangimu”[HR. Bukhori dalam Kitab
Fitnah dan Muslim dalam Kitab Imarah]
Mengenal Jalan Orang-Orang Yang Tersesat Merupakan
Kewajiban Dalam Syariat.
Ketahuilah -semoga Allah memberkahi anda- sesungguhnya metode Ar-Rabbani (Islam) yang tertuang dalam Al-Qur’an dan Sunnah Nabi صلی الله عليه وسلم ketika menampilkan generasi pertama yaitu shabat dan para tabi’in (sesungguhnya bertujuan) untuk mejelaskan jalan kebenaran dan agar diikuti. Allah berfirman.
Ketahuilah -semoga Allah memberkahi anda- sesungguhnya metode Ar-Rabbani (Islam) yang tertuang dalam Al-Qur’an dan Sunnah Nabi صلی الله عليه وسلم ketika menampilkan generasi pertama yaitu shabat dan para tabi’in (sesungguhnya bertujuan) untuk mejelaskan jalan kebenaran dan agar diikuti. Allah berfirman.
`tBur È,Ï%$t±ç tAqߧ9$# .`ÏB Ï÷èt/ $tB tû¨üt6s? ã&s! 3yßgø9$# ôìÎ6Ftur uöxî È@Î6y tûüÏZÏB÷sßJø9$# ¾Ï&Îk!uqçR $tB 4¯<uqs? ¾Ï&Î#óÁçRur zN¨Yygy_ ( ôNuä!$yur #·ÅÁtB ÇÊÊÎÈ
Artinya : “Siapa saja yang menyelisihi Rasul
setelah jelas baginya petunjuk dan dia mengikuti jalan selain orang-orang yang
beriman maka kami palingkan dia kemana dia berpaling dan kami akan
memasukkannya kedalam neraka jahannam. Dan itulah seburuk-buruk tempat kembali”
[Q.S. (4) An-Nisa : 115]
Akan tetapi
(metode Islam ini) tidak cukup hanya mejelaskan jalan kebenaran saja bahkan
menyingkap kebatilan dan mengungkap kepalsuannya agar jelas dan terang jalan
orang-orang yang tersesat (lalu dijauhi dan ditinggalkan). Allah ta’ala
berfirman.
y7Ï9ºxx.ur ã@Å_ÁxÿçR ÏM»tFy$# tûüÎ7oKó¡oKÏ9ur ã@Î6y tûüÏBÌôfßJø9$# ÇÎÎÈ
“Artinya : Dan demikianlah kami terangkan
ayat-ayat Al-Qur’an, supaya jelas jalan orang-orang yang benar dan supaya jelas
(pula) jalan orang-orang yang tersesat” [Q.S. (6) Al-An’am : 55]
Seorang
penyair berkata : “Aku mengenal keburukan bukan untuk keburukan akan tetapi
untuk menjauhinya. Dan siapa saja yang tidak mengenal kebaikan dari keburukan
dia akan terjerumus kedalam keburukan itu”.
Islam
Terancam Dari Dalam
Sungguh
musuh-musuh Allah terus mengintai Islam hingga ketika mereka telah melihat
penyakit wahn (cinta dunia dan takut mati) telah menjalar dalam tubuh kaum
muslimin dan penyakit-penyakit yang lain sudah menyebar, mereka langsung
menyerang dan menyumbat nafas kaum muslimin.
1.
Sesungguhnya
racun-racun berbisa yang membinasakan dan menghancurkan kekuatan kaum muslimin
serta melemahkan gerak mereka bukanlah pedang-pedang orang-orang kafir yang
berkumpul untuk membuat makar terhadap Islam. Akan tetapi kuman-kuman yang
busuk yang menyelinap didalam tubuh kaum muslimin yang lambat tapi pasti
(itulah yang menyebabkan kebinasaan). Itulah asap yang dikatakan oleh Nabi صلی الله
عليه وسلم dalam hadits
Hudzaifah diatas : “suatu kaum yang membuat ajaran bukan dari ajaranku dan
memberikan petunjuk bukan dari petunjukku …..”
2.
Sesungguhnya
asap itu merupakan penyimpangan yang selalu membuat bias ajaran Islam (Sunnah
Nabi صلی الله عليه وسلم) yang
terang benderang malamnya bagaikan siangnya.
3.
Yang nampak
pada saat terjadinya hal ini adalah kebaikan akan tetapi dalamnya
terdapat hal-hal yang membinasakan. Bukanlah dalam riwayat Muslim
Nabi صلی الله
عليه وسلم bersabda :
“Akan muncul manusia-manusia yang berhati setan”.
4.
Asap ini
terus tumbuh dan menguasai hingga kejelekan itu merajalela serta merupakan awal
munculnya dai-dai penyesat dan kelompok-kelompok sempalan.
5.
Sesungguhnya
yang meniup asap tersebut adalah para dai-dai penyesat. Dan ini menunjukkan
bahwa rencana busuk untuk menghancurkan Islam dan kaum muslimin telah mengakar
kuat dalam sejarah Islam.
6.
Sesungguhnya
gembong-gembong kesesatan selain giat dalam menyesatkan. Akan tetapi (sebagian)
pemegang kebenaran lalai dan tertidur hingga asap tersebut menguasai dan
merajalela serta menutupi kebenaran. Dari sini kita ketahui bahwa asap yang
menyelimuti kebenaran dan mengkotori kejernihannya adalah bid’ah-bid’ah dan
khurafat
Oleh karena
inilah umat Islam mejadi terbelakang dan menjadi santapan bagi setiap musuh
serta menyebarnya kebatilan. Dan dengan sebab inilah setiap munafik berbicara
dengan mengatas namakan Islam. Dari sini kita mengetahui bahwa bahaya bid’ah
lebih besar daripada musuh-musuh yang lainnya (orang-orang kafir), karena
bid’ah merusak hati dan badan tapi musuh-musuh tersebut hanya merusak badan.
Sesungguhnya para gembong-gembong kekafiran
telah memproduksi antek-anteknya dalam negeri kaum muslimin dua cara.
1.
Pengiriman
para pelajar ke negeri kafir, yang disanalah para pelajar kaum muslimin di cuci
otak-otak mereka lalu jika mereka pulang mereka sebarkan racun-racun itu kepada
kaum muslimin.
2.
Dengan
menyelinapnya para orientalis dibawah simbol-simbol penelitian ilmiah.
Sesunggunya para orientalis-orientalis itu merupakan antek-antek/tangan-tangan
Yahudi dan Nashrani.
Di dalam
hadits Hudzaifah ini Rasulullah صلی الله
عليه وسلم menyebutkan
ciri mereka, beliau bersabda : “Akan muncul dai-dai yang menyeru ke neraka
jahannam, barangsiapa yang menerima seruan mereka maka mereka akan
menjerumuskannya ke dalam jahannam”. Hudzaifah bertanya : “Wahai Rasululah
sebutkan cirri mereka ?” Rasulullah menjawab : “Mereka dari golongan kita dan
berbicara dengan lisan-lisan kita”.
Mereka
menampakkan kesungguhan dalam memberi solusi, dan maslahat bagi umat. Tapi
mereka menipu umat dengan gaya bahasa mereka, dan hati-hati mereka menginginkan
untuk menjalankan misi-misi tuan-tuan mereka dari kalangan Kristen dan Yahudi.
Allah berfirman.
`s9ur 4ÓyÌös? y7Ytã ßqåkuø9$# wur 3t»|Á¨Y9$# 4Ó®Lym yìÎ6®Ks? öNåktJ¯=ÏB 3 ö@è% cÎ) yèd «!$# uqèd 3yçlù;$# 3 ÈûÈõs9ur |M÷èt7¨?$# Nèduä!#uq÷dr& y÷èt/ Ï%©!$# x8uä!%y` z`ÏB ÉOù=Ïèø9$# $tB y7s9 z`ÏB «!$# `ÏB <cÍ<ur wur AÅÁtR ÇÊËÉÈ
Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah Itulah petunjuk (yang benar)". dan Sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, Maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu. [Q.S. (2) Al Baqarah : 120)
Siapa
Jama’ah Kaum Muslimin ?
Setelah
melihat kenyataan yang pahit dan getir ini, mulailah sebagian kaum muslimin
bangkit, setiap kelompok dari kaum muslimin melihat realita ini dari kaca mata
tersendiri, kelompok yang lain juga demikian. Oleh karena itulah bisa dikatakan
bahwa kelompok-kelompok yang ada sekarang ini yang katanya berjuang atau
berdakwah, mereka itu saling berselisih dalam metode dan cara berdakwah. Dan
perselisihan yang paling parah yang menghalangi persatuan mereka adalah dua hal
:
a)
Peselisihan
mereka dalam pengambilan sumber ilmu dan pemahaman terhadap Al-Qur’an dan
Sunnah.
b)
Ketidakmengertian
mereka tentang diri mereka sendiri, sehingga pada saat ini kita sering
menyaksikan bahwa hizbiyyah dan fanatik golongan ini masih menyumbat akal
pikiran para dai-dai yang turun di medan dakwah. Mereka membanggakan diri
mereka sendiri dan meremehkan yang lainnya. Sebagiannya menganggap bahwa
kelompoknya itulah yang dinamakan jama’ah kaum muslimin dan pendirinya adalah
imam kaum muslimin yang wajib di bai’at atau disumpah setia. Dan sebagiannya
lagi mengkafirkan kaum muslimin. Sebenarnya mereka hanya jama’ah atau
kelompok-kleompok kaum muslimin, karena kaum muslimin sekarang tidak memiliki
jama’ah ataupun imam/pemimpin.
Ketahuilah
wahai saudaraku, bahwa jama’ah kaum muslimin adalah (Negara Islam) yang bersatu
atau berkumpul didalamnya seluruh kaum muslimin. Mereka hanya punya satu
imam/pemimpin yang menerapkan hukum-hukum Allah dan wajib untuk di taati serta
diba’iat.
Tinggalkan Kelompok-Kelompok
Sempalan Itu
Hadits
Hudzaifah diatas memerintahkan kepada kita untuk meninggalkan semua
kelompok-kelompok sesat ketika terjadi fitnah dan kejelekan serta disaat tidak
ada jama’ah kaum musilimin dan imam mereka.
Kelompok-kelompok
sempalan ini yang menyeru manusia kepada kesesatan, bersatu diatas kemungkaran
dan diatas hawa nafsu atau berkumpul diatas pemikiran-pemikiran kufur seperti
sosialisme, komunisme, kapitalisme, demokrasi atau bersatu berdasarkan fanatik
golongan dan lain sebagainya.
Inilah
kelompok-kelompok sesat yang diperintahkan oleh Rasulullah صلی الله
عليه وسلم dalam hadits
Hudziafah untuk ditinggalkan dan dijauhi karena menjerumuskan manusia ke
dalam neraka jahanam dengan sebab ajaran mereka yang bukan dari Islam.
Adapun kelompok
yang menyeru kepada Islam (yang benar), memerintahkan kepada yang baik dan
melarang dari yang mungkar maka inilah yang diperintahkan oleh Allah untuk
diikuti dan ditolong. Allah ta’ala berfirman.
`ä3tFø9ur öNä3YÏiB ×p¨Bé& tbqããôt n<Î) Îösø:$# tbrããBù'tur Å$rã÷èpRùQ$$Î/ tböqyg÷Ztur Ç`tã Ìs3YßJø9$# 4 y7Í´¯»s9'ré&ur ãNèd cqßsÎ=øÿßJø9$# ÇÊÉÍÈ
“Artinya : Hendaklah ada diantara kalian sekelompok orang yang menyeru kepada kebaikan dan menyeru kepada yang baik dan melarang dari yang mungkar. Dan merekalah orang-orang yang beruntung” [Q.S. (3) Ali-Imran : 104]
Jalan Keluar
Dari Problematika Umat
Nabi صلی الله
عليه وسلم memerintahkan
Hudzaifah untuk meninggalkan semua kelompok sempalan yang menyeru ke neraka
jahannam meskipun sampai menggigit akar pohon hingga ajal menjemput. Adapun
penjelasannya, maka sebagai berikut :
Ini adalah perintah untuk berpegang teguh pada
Al-Qur’an dan Sunnah. Hal ini dijelaskan oleh Rasulullah صلی الله
عليه وسلم dalam hadits
Al-Irbadh bin Sariyah رضي الله عنه :
Sabda Rasulullah saw. :
عَنْ
أَبِى نَجِيحٍ الْعِرْبَاضِ بْنِ سَارِيَةَ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: وَعَظَـنَا
رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ مَوعِظَةً بَلِيغَةً وَجِلَتْ
مِنْهَا الْقُلُوبُ وَذَرَفَتْ مِنْهَا الْعُيُونُ فَقُلْنَا : يَارَسُولَ اللهِ
كَأَنَّهَا مَوعِظَةُ مُوَدِّعٍ فَأَوْصِنَا، قَالَ أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى اللهِ
وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ تَأَمَّرَ عَلَيكُمْ عَبْدٌ حَبَشِيٌّ، وَإِنَّهُ
مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَى اخْتَلاَفًا كَثِيرًا، فَعَلَيكُمْ بِسُنَّتِى وَسُنَّةِ
الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ عَضُّوا عَلَيهَا بِالنَّوَاجِذِ،
وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ اْلأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٍ. )رواه
أبو داود والترمذى قال حديث حسن صحيح )
Dari
Abu Najih Al Irbadh bin Sariyah, r.a. ia berkata bahwa Rasulullah saw. memberi
nasihat kepada kami. Nasihat itu menggetarkan hati dan mencucurkan air mata
kami. Maka kami bertanya ; “Wahai Rasulullah , nasihat itu seakan-akan
merupakan nasihat yang terakhir, maka berilah kami wasiat.” Beliau bersabda :
“Aku wasiatkan kepadamu agar kamu tetap bertakwa kepada Allah Yang Maha Tinggi
dan Maha Mulia, serta tetap mendengar perintah dan taat, walaupun yang
memerintah kalian itu seorang budak. Sungguh orang yang masih hidup diantara
kalian akan melihat banyak perselisihan. Maka wajib atas kalian memegang teguh
akan Sunnahku dan Sunnah Khulafaurrasyidin yang diberi petunjuk oleh Allah. Dan
berpegang-teguhlah kalian pada sunnah-sunnah itu, dan jauhilah urusan-urusan
yang diada-adakan (bid’ah). Sungguh setiap bi’ad itu sesat.” [H.R. Abu Dawud
dan Tirmidzi, menurut Tirmidzi hadits ini Hasan Shahih ]
Didalam
hadits Hudzaifah, Nabi صلی الله عليه وسلم memerintahkan untuk menggigit akar
pohon ketika terjadi perpecahan sambil menjauhi semua kelompok sesat. Dan
didalam hadits Al-Irbadh beliau memerintahkan untuk berpegang teguh dengan
Sunnah sesuai dengan pemahaman salafus shalih رضي الله
عنهم, ketika munculnya kelompok-kelomok sesat
dan ketika tidak adanya jama’ah kaum muslimin serta imam mereka.
Sesungguhnya perintah untuk menggigit akar pohon dalam hadits Hudzaifah maknanya adalah istiqomah atau tetap dalam sabar dalam memegang kebenaran dan dalam meninggalkan semua kelompok sesat yang menyelisihi kebenaran. Atau maknanya bahwa pohon Islam akan diguncang dengan angin kencang hingga merontokkan semua ranting dan cabangnya, tidak ada yang tersisa melainkan akarnya yang masih tegar. Karena itulah wajib bagi setiap muslim untuk memegang erat akar tersebut dan mengorbankan semua yang berharga dalam dirinya karena akar tersebut akan tumbuh dan tegar kembali.
Ketika itu juga wajib bagi setiap muslim untuk menolong dan membantu kelompok (yang berpegang teguh dengan sunnah tersebut,) dari setiap fitnah yang mengancam. Karena kelompok ini yang selalu tampak diatas kebenaran hingga akhirnya mereka membunuh Dajjal. (Wallahu a’lam bishawab).
Sesungguhnya perintah untuk menggigit akar pohon dalam hadits Hudzaifah maknanya adalah istiqomah atau tetap dalam sabar dalam memegang kebenaran dan dalam meninggalkan semua kelompok sesat yang menyelisihi kebenaran. Atau maknanya bahwa pohon Islam akan diguncang dengan angin kencang hingga merontokkan semua ranting dan cabangnya, tidak ada yang tersisa melainkan akarnya yang masih tegar. Karena itulah wajib bagi setiap muslim untuk memegang erat akar tersebut dan mengorbankan semua yang berharga dalam dirinya karena akar tersebut akan tumbuh dan tegar kembali.
Ketika itu juga wajib bagi setiap muslim untuk menolong dan membantu kelompok (yang berpegang teguh dengan sunnah tersebut,) dari setiap fitnah yang mengancam. Karena kelompok ini yang selalu tampak diatas kebenaran hingga akhirnya mereka membunuh Dajjal. (Wallahu a’lam bishawab).
tA$s%ur ß`»sÜø¤±9$# $£Js9 zÓÅÓè% ãøBF{$# cÎ) ©!$# öNà2ytãur yôãur Èd,ptø:$# ö/ä3?tãurur öNà6çFøÿn=÷zr'sù ( $tBur tb%x. uÍ< Nä3øn=tæ `ÏiB ?`»sÜù=ß HwÎ) br& ÷Lälè?öqtãy óOçGö6yftGó$$sù Í< ( xsù ÎTqãBqè=s? (#þqãBqä9ur Nà6|¡àÿRr& ( !$¨B O$tRr& öNà6ÅzÎóÇßJÎ/ !$tBur OçFRr& ÅÎóÇßJÎ/ ( ÎoTÎ) ßNöxÿ2 !$yJÎ/ ÈbqßJçGò2uõ°r& `ÏB ã@ö7s% 3 ¨bÎ) úüÏJÎ=»©à9$# öNßgs9 ë>#xtã ÒOÏ9r& ÇËËÈ
22. dan berkatalah syaitan tatkala perkara (hisab) telah
diselesaikan: "Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang
benar, dan akupun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya.
sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekedar) aku
menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu
mencerca aku akan tetapi cercalah dirimu sendiri. aku sekali-kali tidak dapat
menolongmu dan kamupun sekali-kali tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku
tidak membenarkan perbuatanmu mempersekutukan aku (dengan Allah) sejak
dahulu". Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu mendapat siksaan yang
pedih.
[4] Khoiruddin Nasution, Riba Dan Poligami, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Dengan
Academia, 1996) hal. 84
[6] Fada Abdul Razak
Al-Qoshir, Wanita Muslimah Antara
Syari`At Islam Dan Budaya Barat, (Yogyakarta: Darussalam Offset, 2004) hal. 42-45
[1] Achmad
Kuzari, nikah sebagai perikatan, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 1995), hal 159
[2] Al-qamar
Hamid, Hukum Islam Alternative Terhadap Masalah Fiqh Kontemporer, (Jakarta:
Restu Ilahi, 2005), hal 19
[3] Aisjah
Dahlan, Membina Rumah Tangga Bahagia, Cet 1. (Jakarta: Jamunu, 1969), hal 69
[4] Khoiruddin
Nasution, Riba Dan Poligami, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Dengan Academia,
1996) hal. 84
[5] berlaku
adil ialah perlakuan yang adil dalam meladeni isteri seperti pakaian, tempat,
giliran dan lain-lain yang bersifat lahiriyah.
[6] Islam
memperbolehkan poligami dengan syarat-syarat tertentu. sebelum turun ayat Ini
poligami sudah ada, dan pernah pula dijalankan oleh para nabi sebelum nabi
Muhammad s.a.w. ayat Ini membatasi poligami sampai empat orang saja.
[7] Fada
Abdul Razak Al-Qoshir, Wanita Muslimah Antara Syari`At Islam Dan Budaya Barat,
(Yogyakarta: Darussalam Offset, 2004) hal. 42-45
[8] Ibid.
hal 200
[9] Zainuddin
Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia,(Jakarta: Sinar Grafika, 2006), hal. 47.
[10] Ibid.
No comments:
Post a Comment
silahkan berkomentar sebagai saran dan kritik, terimakasih